Jelaskan 6 Adaptasi Tingkah Laku pada Makhluk Hidup - Untuk dapat bertahan hidup, makhluk hidup memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Adaptasi dilakukan untuk mengatasi pengaruh dari lingkungannya maupun gangguan dari predator. Salah satu contoh adaptasi yang dilakukan oleh makhluk hidup adalah adaptasi tingkah laku. Adaptasi tingkah laku adalah perubahan tingkah laku untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau untuk mengelabui mangsanya atau untuk melarikan diri dari predator agar dapat bertahan hidup.
Terdapat beberapa adaptasi tingkah laku, yaitu mimikri, autotomi, hibernasi, estivasi, adaptasi pada rayap, dan adaptasi pada mamalia air. Berikut ini penjelasan tentang macam-macam adaptasi tingkah laku:
- Mimikri. Mimikri adalah adaptasi makhluk hidup dengan menyamarkan dirinya menyerupai lingkungaannya untuk mengelabui mangsa dan musuhnya. Contoh mimikri adalah bunglon. Bunglon mengelabuhi musuhnya dengan mengubah warna kulitnya. Jika berada di daun hijau, maka warna kulitnya akan berubah menjadi hijau. Jika berada di batang pohon, maka warna kulitnya akan berubah menjadi coklat kehitaman seperti warna batang pohon.
- Autotomi. Adaptasi autotomi adalah adaptasi tingkah laku pada hewan dengan memutuskan okernya untuk mengelabuhi musuhnya. Contoh adaptasi autotomi adalah pada cicak. Cecak merupakan contoh hewan yang ekornya mudah putus. Dalam keadaan bahaya, cecak mengelabui musuhnya dengan cara memutuskan ekornya disebut autotomi. Jika seekor cecak dikejar oleh pemangsa, ekornya secara mendadak putus dan bergerak-gerak sehingga perhatian pemangsa akan tertuju pada ekor yang bergerak tersebut. Kesempatan itu digunakan cecak untuk menghindarkan diri dari kejaran pemangsa.
- Hibernasi. Hibernasi adalah adaptasi hewan terhadap lingkungannya dengan cara bertapa tidur dalam waktu yang lama hingga keadaan alam memungkinkan untuk dia keluar lagi. Ciri-ciri hewan yang melakukan hibernasi, yaitu suhu tubuh rendah serta detak jantung dan pernapasan sangat lambat. Tujuannya untuk menghindari cuaca yang sangat dingin, kekurangan makanan, dan menghemat energi. Contoh hewan yang melakukan hibernasi antara lain ular, kura-kura, ikan, dan bengkarung yang tetap tinggal di sarangnya selama musim dingin.
- Estivasi. Estivasi adalah tidur panjang di musim panas yang dilakukan oleh hewan untuk bertahan hidup dari cuaca ekstrim. Tujuan hewan melakukan estivasi adalah untuk menghindari panas yang tinggi dan kekurangan air. Lemur kerdil, kelelawar, dan beberapa tupai adalah mamalia yang berestivasi untuk menghindari cuaca kering. Jenis tanaman jahe-jahean dan rerumputan melakukan estivasi di musim kemarau dengan mengeringkan dedaunannya. Pohon jati melakukan estivasi di musim kering dengan menggugurkan seluruh daunnya. Hibernasi dan estivasi, keduanya, disebut dormansi. Jadi, dormansi merupakan masa istirahat bagi makhluk hidup untuk tetap bertahan pada cuaca yang buruk.
- Adaptasi tingkah laku pada rayap. Rayap adalah golongan serangga penghancur kayu. Mengapa rayap dengan mudah dapat mencerna kayu? Rayap mampu mencerna kayu bukan karena mempunyai enzim yang dapat mencerna kayu, melainkan karena di dalam ususnya terdapat hewan flagellata yang mampu mencernakan kayu. Hewan flagellata mampu menghasilkan enzim selulose. Secara periodik, rayap mengalami pengelupasan kulit. Pada saat kulit mengelupas, usus bagian belakang ikut terkelupas, sehingga flagellata turut terbawa oleh usus. Untuk mendapatkan kembali flagellata tersebut, rayap biasanya memakan kembali kelupasan kulitnya. Berbeda dengan rayap dewasa, rayap yang baru menetas suka menjilati dubur rayap dewasa untuk mendapatkan flagellata.
- Adaptasi tingkah laku pada mamalia air. Hewan vertebrata dari golongan mamalia dan reptilia yang hidup di dalam air tetap bernapas dengan paru-paru. Hal itu tampak jelas pada cara bernapasnya, misalnya paus. Setiap saat paus muncul ke permukaan air untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya sampai paru-parunya penuh sekali, yaitu sekitar 3.350 liter. Setelah itu, paus akan menyelam kembali ke dalam air. Dengan udara sebanyak itu, paus mampu bertahan selama kira-kira setengah jam di dalam air. Pada saat muncul kembali di permukaan air, hasil oksidasi biologi dihembuskan melalui lubang hidung, seperti pancaran air mancur. Sisa oksidasi ini berupa karbon dioksida yang jenuh dengan uap air yang telah mengalami pengembunan (kondensasi).
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar